Sunday, April 22, 2012

Pak Tua; Keteguhan, Sabar dan Syukur


“Saya berangkat kerja dari rumah jam 3 pagi,
agar saya bisa lebih cepat membersihkan kantor,
dan begitu pegawai datang, lantai yang saya pel sudah kering”
(Laurensius Lolong a.k.a Pak Tua, 59 Thn)



Berkali-kali saya meyakinkan Pak Tua untuk membebaskan dirinya bercerita apa saja tentang apa yang dipikirkannya”janganlah..saya tak enak, tidak ada yang  bisa saya ceritakan..”ujarnya merendah, dengan logat Flores yang masih terasa kental.
Pak Tua, adalah sosok yang sederhana, sejak tahun ‘79 merantau dari Flores ke Batulicin, pernah bekerja di PT. Kodeco Timber sebagai Fuel Man, hingga akhirnya masuk ke PT. JB.  Semangat kerja yang dimilikinya ditularkannya kepada 2 anak kandung dan 2 anak tirinya yang saat ini telah hidup mandiri, Pak Tua saat ini hidup sendiri, hampir 1 tahun sang istri tercinta menghadap Yang Kuasa.
Semangat kerja dan ketekunan, iya..hal sederhana yang tidak semua orang mampu mempertahankannya, “Saya berangkat kerja dari rumah jam 3 pagi, agar saya bisa lebih cepat membersihkan kantor, dan begitu pegawai datang, lantai yang saya pel sudah kering” ujar Pak Tua, hal ini dilakukan oleh Pak Tua dengan keiklasan, “saya suka untuk melakukannya, suka jika pekerjaan saya selesai dengan cepat, jadi saya tidak pernah keberatan” tambah beliau.
Pak Tua adalah sosok yang selalu menghormati orang lain, bukan karena Level atau jabatan yang diemban orang tersebut, tapi memang harusnya begitu; saling menghormati. Beberapa waktu silam, beliau pernah bilang ke saya “jika kita ingin dihormati oleh orang lain, maka hormati dulu orang itu, siapapun dia..”ujar beliau.
Saat ini Pak Tua hidup sendiri dirumahnya, anak-anaknya telah berkeluarga, dan memilih untuk tinggal dirumah mereka masing-masing, namun hal ini bukan hal alasan buat Pak Tua berdiam diri “Kadangkala ada juga rindu sama istri saya, dulu saya ada yang mengurusi, sekarang saya mengurus diri sendiri, saya jadi tahu, bagaimana repotnya seorang istri mengurus suami..semoga istri saya tenang disana” ujarnya lemah.

“saya masuk ke PT.JB tahun 2008, sebagai OB, saya sangat bersyukur, sampai sekarang saya masih bisa bekerja disini, walaupun kadang masih ada kekurangan duit juga,hehe..tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali” Pak Tua berkelakar, ketika ditanya bagaimana kenyamanan bekerja di PT.JB, beliau menjelaskan “saya disini (PT.JB_Red) sudah cukup nyaman, pekerjaannya juga tidak terlalu berat, saya sudah tua juga hehe..”.

“walaupun secara perekonomian saya masih berkurangan, tapi saya masih bersyukur, saya juga lihat masih banyak yang jauh dibawah saya, padahal saya juga dibawah ini..hehe” Pak Tua berujar sambil tersipu.

Kerap saya menemukan Pak Tua membersihkan lantai bersama teman kerjanya, mereka bekerja sama membagi tugas, Pak Tua adalah yang tertua diantara mereka, namun ketekunannya menjalankan tugas layak menjadi acuan bagi siapa saja, rajin dan ulet.
Saya tidak sedang membandingkan Pak Tua dengan rekan sepekerjaannya, apalagi membandingkan Pak Tua dengan Bapak-bapak yang level jabatannnya jauh diatas Pak Tua, bukan, ini bukan pembanding, Pak Tua adalah sumber inspirasi, sumber ‘kekuatan’ bagi kita kelak nanti, disaat kita juga (semoga) mencapai umur setua Pak Tua, membuat kita untuk terus menjaga semangat juang untuk terus berusaha, kerja keras, bekerja dengan cerdas.
Lalu apa yang membuat kita saat ini selalu mengeluh terhadap apa yang kita dapatkan? seharusnya kita malu, jika Pak Tua sampai mendengar keluhan kita, karena itu tak seberapa. (RP)