Sunday, April 22, 2012

Daud Kala Bombang, Deputy Direktur Operasional PT. Jhonlin Baratama



Cepat,Tegas, Tangkas dan Seorang Ayah Yang Merindu

Butuh waktu dua hari bagi saya untuk dapat menemukan waktu senggang yang dimiliki oleh Bp. Daud Kala Bombang, disela kesibukannya yang memang padat merayap, konsekwensi atas jabatan yang diemban oleh beliau selaku Deputy Direktur Operasional PT. Jhonlin Baratama.


Hari pertama saya temui diruangannya, Pak Daud basah kuyup, seragam yang dikenakannya lembab “saya habis dari lapangan, hujan” katanya.

Hari kedua, saya menemui beliau diruangannya, kali ini beliau lebih segar, menyambut dengan ramah “silahkan masuk, apa yang bisa dibantu” imbuhnya, dengan senyumnya yang mempertegas keramahannya. Saya masuk, dan sepersekian menit, Pak Daud antusias menceritakan ihwal sejarah bagaimana beliau bisa berada di PT. JB saat ini, dengan fasih tanpa ragu, “tahun 2004 saya disini” katanya, “saat itu saya sempat membeli bor tambang dengan duit sendiri, tapi itu adalah tantangan bagi saya; jika saya berhasil menemukan batu, maka duitnya dikembalikan, jika tidak, ya sudah, begitu saja, tidak diganti” ujarnya sambil tersenyum.

Namun sepotong memoar itu hanyalah sekian dari ragam cerita yang bisa diceritakan Pak Daud, “saya sudah 19 tahun  ditambang, lumayanlah untuk pengalaman di tambang” ujar lulusan Universitas Veteran RI Makassar angkatan 1991 ini.

Namun dibalik ketegasan dan keuletannya dalam menjalankan pekerjaan yanbg diembannya, beliau adalah sosok yang sangat mencintai keluarganya. Air mukanya berubah, saat saya tanyakan tentang keluarga, anak dan istrinya. Ada rona merindu seorang ayah, ayah yang jauh dari keluarganya, seorang ayah yang merindukan ketiga putra-putrinya, “Nowsky Bombang, Vitaya Bombang dan Juarez Bombang, mereka ketiga anak saya yang saya cintai, sepenuh hati” ujar suami dari Rasni Alex yang telah diperistrinya sejak beberapa tahun silam.

“Keluarga bagi saya adalah kekuatan terbesar, mengapa saya berada disini dan tujuan hidup saya”

Sepotong kalimat yang keluar dari seorang ayah yang merindukan keluarganya, seorang ayah yang menghabiskan waktunya mengabdi di perusahaan demi keluarganya “saya bekerja untuk keluarga, skala prioritas saya adalah keluarga, namun hidup itu adakalanya harus berimbang, sesuai prioritas yang dibutuhkan, tidak jarang saya mementingkan kepentingan perusahaan daripada keluarga,


“ Polemik didalam keluarga itu hal yang lumrah, semua kepala keluarga akan mengalami, tinggal bagaimana kita mensikapinya” ujarnya bersemangat.

“Keinginan terbesar saya adalah membawa keluarga saya keliling Indonesia, mengelilingi tempat indah yang banyak tersebar di negara ini, itu cita-cita saya” senyum Pak Daud mengembang girang bercerita,

“Coba kamu lihat, turis banyak berdatangan ke Indonesia untuk menikmati keindahan negara kita, anehnya, kadang justru kita sendiri yang tidak menyadari akan hal itu, kita malah seakan berlomba untuk berlibur keluar negeri, itu hal yang aneh bagi saya”.

“Suatu saat nanti, saya akan wujudkan impian saya itu, anak-anak saya harus melihat keindahan negara yang ditinggalinya” Ujar Pak Daud, sedetik kemudian matanya terpaku

Berkaca dari apa yang telah alami bersama; pekerjaan yang menumpuk, waktu untuk istirahat yang kurang, Pak Daud juga memiliki tips dan trik untuk menghadapi kendala tersebut “kita bekerja dari jam 6 ke jam 6, jadi butuh cara, selain dari menjaga pola tidur, saya juga selalu memanfaatkan waktu istirahat untuk benar-benar istirahat, saya tidur” ujarnya.

Suatu kali, sebelum hari saya berbincang dengan Pak Daud, saya kerap menemukan pintu ruangan Pak Daud yang dalam keadaan terkunci dikala jam istirahat “iya, pintu sengaja saya kunci, karena saya tidur didalam” ujarnya terkekeh.
Pak Daud juga berbagi pengalaman saat beliau melakukan kunjungan ke Jepang “saya salut dengan orang Jepang, negara maju yang tidak meninggalkan kebudayaan dan keaslian negaranya” giliran saya yang terperangah, mencoba membandingkan dengan masyarakat Indonesia.
“Pernah suatu waktu, Tour Guide kami di Jepang dompetnya ketinggalan di bus yang kami tumpangi, lalu seorang teman saya bilang kedia kalo dompetnya ketinggalan di bus, Tour Guide ituhanya menjawab dengan ringan ‘sudah, biarkan saja, nanti saya ambil lagi’ teman saya balik bertanya ‘apa kamu tidak takut dompetnya hilang?’ Tour Guide tadi membalas jawaban sembari bercanda ‘kalau hilang berarti bapak yang ambil, di Negara kami tidak ada pencuri, kalaupun ada itu bukan warga Jepang, pasti pendatang’
kata si Tour Guide, saya benar-benar terkesima mendengar jawabannya” ujar Pak Daud.
Dari pengalaman itulah Pak Daud sepertinya menemukan alasan, mengapa beliau menyukai negara Jepang, “selain dari kepintaran dan kedisiplinan yang dimiliki oleh masyaraktanya, warganya juga jujur” sambung Pak Daud.

”Seharusnya kita patut mencontoh hal yang baik itu, kita harus bangga akan kebudayaan negara kita, menerapkan etos kerja yang disiplin dan berprilaku jujur”
Tidak berlebihan sekiranya apa yang disampaikan oleh Pak Daud, hal sederhana yang memiliki makna dan fungsi yang besar, pikiran saya mulai meracau menanggapi ucapan Pak Daud.
Tak terasa, hampir satu jam kami berada diruangan yang berpendingin ruangan yang masuk dalam kategori lumayan dingin ini, telapak tangan saya mulai basah, ah..sebaiknya disudahi pembicaraan ini, pikir saya.

Sebelum saya menyudahi pembicaraan dengan Pak Daud, beliau berujar “kamu percaya tidak, saya kalau balik ke rumah ketemu keluarga, dulu waktu anak-anak saya masih bayi, yang mengganti popok mereka saya yang lakukan sendiri, mandiin mereka, saya selalu memprioritaskan dan berkomunikasi dengan mereka, saya mendengarkan semua apa yang mereka inginkan, apa yang mereka pikirkan, kami diskusi, saya, istri dan anak-anak terbiasa untuk berdiskusi untuk melakukan segala sesuatunya” ujar Pak Daud. Seandainya semua ayah melakukan hal yang sama, niscaya, berbahagialah anak-anak mereka.



“Hidup itu harus berimbang,
sesuai prioritas yang kita butuhkan”